Bahtera Alam – Masyarakat Adat memiliki cara tersendiri untuk hidup dalam harmoni dengan alam, sebagai warisan dari leluhur yang kaya kearifan tradisional. Salah satunya adalah Suku Asli Anak Rawa Penyengat, yang dikenal sebagai salah satu suku tertua di Provinsi Riau. Nilai-nilai budaya dan kearifan tradisional mereka tetap hidup dan diwariskan dari generasi ke generasi, meskipun zaman terus berubah dan menuntut persaingan. Hingga kini, mereka masih menggantungkan hidup pada sumber daya alam di sekitar wilayahnya. Keterbatasan alam tidak menghalangi semangat mereka untuk menjaga dan memelihara kearifan lokal. Salah satunya adalah pemanfaatan rotan sebagai bahan dasar pembuatan Ambong, keranjang tradisional Masyarakat Suku Asli Anak Rawa.

Ambong dibuat dari rotan yang tumbuh di hutan sekitar wilayah adat mereka, dipilih dari rotan yang telah tua karena memiliki daya tahan yang lebih kuat dan tahan lama. Rotan yang telah dipanen kemudian dianyam dengan keterampilan turun-temurun dan dijalin menggunakan tali temali yang tersedia, memperlihatkan keahlian tangan yang penuh kesabaran dan makna didalamnya. Bagi masyarakat Suku Asli Anak Rawa, pada masa lalu selain berburu, lelaki anak rawa yang mulai beranjak dewasa juga dituntut untuk bisa memiliki keterampilan membuat anyaman keranjang tradisional tersebut.
Menurut Anton, pemuda Suku Asli Anak Rawa, Ambong dulunya memiliki peran penting dalam aktivitas sehari-hari masyarakat. Ambong digunakan untuk mengangkut getah dari pohon sonde, pohon yang dulu banyak dimanfaatkan oleh leluhur mereka. Selain itu, Ambong juga menjadi alat utama untuk membawa abut, anakan pohon rumbia/sagu yang menjadi sumber pangan dan bagian tak terpisahkan. Namun seiring waktu, fungsi Ambong turut berkembang. Kini, selain untuk membawa abut sagu, masyarakat juga menggunakannya untuk mengangkut hasil pertanian lain seperti buah nenas, serta untuk berbagai keperluan harian lainnya.
Ambong bukan sekadar alat angkut, ia adalah simbol adaptasi, keberlanjutan, dan hubungan harmonis antara manusia dan alam yang terus dijaga oleh Suku Asli Anak Rawa.
[Penulis : Marzuki/BA]
21 