[Bahtera Alam] Suku Akit di Kepulauan Meranti memiliki catatan sejarah dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Salah seorang tokoh Meranti yang terkenal dengan nama Si Koyan, telah berjuang melawan Belanda pada masa Sultan Syarif Kasim II, sultan terakhir dari Kerajaan Siak. Si Koyan lahir pada tahun 1906 di Kampung Mengkopot. Si Koyan ini berasal dari Suku Akit di Sungai Mandau, sebuah tempat yang terletak antara Gasib dan Siak yang ketika itu disebut termasuk ke dalam Kewedanaan Muara Kelantan. Si Koyan adalah orang kampung, bukan pembesar, bukan penguasa, bukan panglima, dan bukan raja ataupun keturunan sultan. Si Koyan berasal dari masyarakat biasa yang kemudian menjadi legenda. Dia melegenda karena berani berperang melawan Belanda dengan taktik tertentu.
Suku Akit secara umum mengetahui perihal Si Koyan adalah sebagai seorang laki-laki yang kuat. Si Koyan selalu dikaitkan dengan kisah mistik yang menjadi kelaziman masyarakat Melayu pada masa lalu. Meskipun sudah meyakini agama Islam namun tidak meninggalkan laku animisme begitu saja dalam kehidupannya. Termasuk pandangan terhadap Si Koyan yang diyakini memiliki kekuatan luar biasa. Cerita ini melegenda pada masyarakat Riau pesisir karena kehebatan yang dimilikinya. Setelah ditelusuri kata Koyan berasal dari istilah yang dipakai untuk ukuran berat bagi orang Melayu. Satu koyan (se-koyan) beratnya mencapai satu ton lebih.
Cerita yang beredar di masyarakat, Si Koyan dapat mengangkat benda beratnya sekoyan yang berarti satu ton lebih, karena itulah akhirnya ia terkenal dengan panggilan Koyan. Banyak perjuangan yang dilakukan Si Koyan terutama ketika Kerajaan Siak dipimpin oleh Sultan Syarif Kasim II. Dari data yang berhasil dikumpulkan disebutkan bahwa Si Koyan ini pernah diperintah oleh Sultan untuk menumpas Belanda di Merbau. Di dalam pertempuran itu Si Koyan tidak dapat ditangkap Belanda karena dia mempunyai kehebatan dan ilmu beladiri. Peristiwa tersebut dikenali dengan nama “Pemberontakan Si Koyan.”
Kemudian Si Koyan juga diketahui mengukir kisah panjang di sebuah daerah bernama Pereban. Bersama beberapa orang sahabatnya, dia berhasil menghalau gerakan Belanda yang hampir menguasai kawasan rantau Kepulauan Meranti. Selain punya kekuatan yang dahsyat, Si Koyan juga diyakini kebal senjata. Berkali-kali dia membunuh orang Belanda dan mata-mata Belanda yang hendak membunuhnya. Menurut informasi yang berkembang, sepak terjang Si Koyan paling mengerikan adalah pembantaian yang dilakukannya terhadap 32 orang tentara Belanda di daerah Pereban, Kepulauan Meranti.
Setelah berhasil melakukan pembantaian terhadap Belanda, dia lari ke Malaysia karena di kejar oleh serdadu Belanda dengan jumlah yang sangat banyak. Raja Malaysia ingin mengangkatnya menjadi panglima di Kerajaan, namun dia menolak dan minta pulang ke Indonesia buat menjalani hukuman. Koyan pun dijemput oleh Raja Siak, lalu disidangkan dan dipenjara di Selatpanjang. Setelahnya Si Koyan dipindahkan ke Nusa Kambangan.
Semua komunitas Suku Akit yang ada di Kepulauan Meranti ketika ditanya tokoh penting dalam sejarah, pasti menyebut nama Si Koyan. Namun tidak semua tokoh di desa-desa yang diteliti mampu menjelaskan dengan baik tentang riwayat perjuangan Si Koyan di daerah mereka. Tokoh Suku Akit Desa Bungur, Beting, Bokor, Tanjung Kedabu, dan Tanah Merah misalnya, menyebut tidak ada tokoh khusus tersebut yang berperan dalam komunitas Suku Akit. Tetapi secara umum Suku Akit di desa-desa itu mengakui memiliki tokoh perjuangan yang sangat hebat, membanggakan dan berjasa pada negara Indonesia, dialah Si Koyan. Selain dikenal berjasa mengusir Belanda saat masa penjajahan, dahulunya ia sebagai dukun saat acara Bele Kampung.
Melihat besarnya peran Si Koyan semasa hidupnya dengan ikut berjuang melawan penjajahan Belanda, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti memugar makam legenda Suku Akit tersebut dan menjadikannya salah satu tempat bersejarah di Pulau Merbau. Bangunan makam yang terletak di pinggir sungai Pereban, Desa Kudap, Kecamatan Tasikputri Puyu, Kabupaten Kepulauan Meranti, sering dikunjungi orang untuk berziarah. Prasasti di dalam area makam menyebut Si Koyan lahir di Mengkopot tahun 1906 dan wafat di Pereban tanggal 13 April 1986.
[Sumber : Buku Semburat Akit : Melukis Cerita di Kepulauan Meranti, Bahtera Alam-2024]
14