(Mencari Jejak Sejarah di Bumi Khatulistiwa)
Oleh : ZALDI ISMET
1. Orang Subayang dalam Adat
Akhir abad ke 18 tepatnya 1883 Masehi kondisi Rantau Kampar kiri dalam kondisi tegang, ekpedisi Netcher dari pemerintah Kolonial Belanda yang berpusat di Bengkalis, sudah lalu memasuki Rantau Kampar Kiri. mereka melakukan berbagai penyelidikan terhadap sumber saya alam berupa hasil tambang, hasil hutan, kekayaan alam yang tersimpan di dalam sungai dan di dalam hutan. Ekspedisi Netcher dan koleganya berupaya untuk mencari sumber daya alam yang mungkin untuk diekploitasi di kawasan Rantau Kampar kiri pada wilayah sungai Sibayang, Singing, dan Sitingkai. Hasil penyelidikan itu membuahkan hasil bahwa Rantau Kampar Kiri memang memiiki sumber daya alam berupa emas, Batu Bara, Timah, tanah perkebunan dan hasil sungai dan hutan yang melimpah.
Wilayah Rantau Kampar kiri tersebut sudah dipetakan oleh pemerintah Kolonial Belanda baik peta geografis maupun peta sosial, peta politik, dan peta kekuatan militernya. Sebab mereka tahu Rantau ini memiliki Payung Panji Adat sebagai benteng pertahanan yang sangat kuat yakni” KEDAULATAN YANG DIPERTUAN GUNUNG SAILAN.” Melalui para detektif sejarah dan politik yang diutus oleh Pemerintah Kolonial Belanda yakni Mr. IL Obrien, Belanda mengetahui bahwa Masyarakat Adat di kawasan Rantau Kampar Kiri berbeda dengan masyarakat adat di kawasan Rantau Kampar Kanan.
Masyarakat adat Rantau Kampar Kiri memiliki sebuah ikatan pemersatu sebagai Payung Panji Adat Yakni “Daulat” Yang Dipertuan Gunung Sailan. Walaupun setiap Luwak ada penghulunya masing-masing, tetapi setiap penghulu Luwak itu memiliki ikatan sejarah adat dan kekeluargaan dengan Yang Dipertuan Gunung Sailan.
Rantau Kampar Kiri dan Defendensinya terdiri atas kawasan Singingi, Subayang, dan Sitingkai, semua kawasan ini terkoneksi dengan sungai besar yang bernama Kampar Kiri dan di Hilir sungai Kampar Kiri itu ada sebuah wilayah kontrol kekuasaaan (central power) yang bernama GUNUNG SAILAN, di situ pusat kekuatan masyarakat adat di Rantau Kampar Kiri pada masa dahulu yakni MENGONTROL JALUR UTAMA SUNGAI KAMPAR KIRI.
162