Bahtera Alam – Hutan Adat Imbo Ayo yang berada di Desa Kesumbo Ampai Kecamatan Bathin Solapan Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, merupakan rumah singgah bahkan tempat tinggal bagi beberapa jenis burung yang bermigrasi atau menetap di wilayah adat Bathin Sobanga. Jenis burung seperti Rangkong Badak, Rangkong Papan, Kengkareng Perut Putih dan Kengkareng Hitam sering terlihat bertengger di atas dahan pohon pada pagi dan sore hari. Selain jenis rangkong, beberapa jenis lainnya juga terlihat di antara rimbunnya pepohonan di area hutan yang dilindung oleh Suku Sakai Bathin Sobanga ini.
Sebut saja burung Sempidan Biru Melayu, masyarakat lokal menyebutnya Ambang Mato. Burung jenis ini bisa dilihat dengan jarak dekat bahkan cukup jinak seperti halnya Merpati. Burung Sempidan Biru Melayu termasuk spesies yang langka khusunya di pesisir Riau. Penulis sempat melihat burung cantik bermuka biru ini mencari makan di antara pepohonan Hutan Adat. Penulis penasaran sambil sudut mata ‘menyapu’ sekeliling mencari apakah jenis jantan ikut bersamanya atau bersembunyi.
Selain burung Ambang Mato, terdapat pula jenis burung Luntur Sumatera (bahasa latin : Apalharpactes mackloti) atau masyarakat lokal menyebutnya burung Kesumbo. Burung dengan warna bulu yang indah ini masih banyak ditemukan di Hutan Adat Imbo Ayo meskipun sudah tergolong langka. Burung pekicau endemik Sumatera ini sungguh menakjubkan, selain memiliki warna warni bulu yang mempesona, kicauan merdunya membuat terkesima bagi yang mendengarnya.
Selain burung, Hutan Adat Imbo Ayo juga didiami oleh berbagai jenis kupu-kupu. Tutupan Hutan Adat yang teduh sangat sesuai dan menjadi habitat yang baik untuk berkembang biak bagi spesies kupu-kupu. Jika sebagian area di dalam Hutan Adat dibuat sebuah laboratorium alam khusus spesies kupu-kupu, maka kawasan Hutan Adat Imbo Ayo merupakan lingkungan yang tepat. Laboratorium terbuka bisa menjadi tempat sumber belajar dan riset-riset kecil, serta menjadi tempat yang nyaman bagi pecinta kupu-kupu.
Harapan masyarakat adat Suku Sakai juga sangat besar terhadap kelestarian Hutan Adat Imbo Ayo, karena eksistensi Hutan Adat menjadi simbol bagi terpeliharanya adat istiadat, budaya, religi, dan kehidupan khususnya bagi komunitas adat Suku Sakai. Kekayaan dan keanekaragaman hayati yang terkandung di dalam Hutan Adat adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat adat dan akan selalu dilindungi untuk dapat dikelola secara kearifan lokal secara turun temurun.
Muhammad Nasir sebagai Datuk Bathin di komunitas adat Suku Sakai berharap bahwa Hutan Adat Imbo Ayo bisa dijaga kelestariannya baik tumbuhan maupun satwanya, selain itu ia juga berharap pada masa yang akan datang Hutan Adat bisa diperkaya kembali dengan berbagai jenis tumbuhan dan hewan yang pernah mendiami Hutan Adat seperti pada masa lalu.
“Saya sangat berharap bisa membudidayakan beberapa jenis satwa seperti rusa, kijang, kancil, Sempidan Biru Sumatera/Ambang Mato dan beberapa jenis satwa lainnya yang dulu pernah ada di tanah Suku Sakai,” harapnya.
Muhammad Nasir mengatakan, hendaknya Hutan Adat Imbo Ayo bisa menjadi pusat budaya Suku Sakai di 13 (tiga belas) Pebathinan dan menjadi tempat belajar anak-anak Suku Sakai ke depan.
Penulis : Nuskan Syarif/Editor : Mu’ammar Hamidy
192