[Bahtera Alam, penulis oleh : Selasih] Di dalam komunitas adat, perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya, tradisi, dan seni tari tradisional. Mereka adalah penjaga kearifan lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi, menjadikan mereka pilar utama dalam melestarikan warisan budaya yang berharga.
Pengetahuan tradisional, cerita leluhur, dan nilai-nilai etika sering disalurkan melalui perempuan adat. Mereka menjadi penjaga cerita-cerita leluhur, menceritakan kisah-kisah yang mengandung pelajaran moral dan sejarah komunitas mereka. Dalam peran ini, perempuan adat tidak hanya melestarikan cerita-cerita tersebut, tetapi juga membantu mengajarkan generasi muda tentang nilai-nilai yang mendasari budaya mereka.
Perempuan adat juga memegang peran penting dalam menjaga tradisi upacara adat, seperti pernikahan, ritual keagamaan, dan perayaan budaya. Mereka adalah pengurus utama upacara-upacara ini, memastikan bahwa setiap langkahnya dijalankan sesuai dengan tata cara yang telah ada sejak berabad-abad. Dalam hal ini, perempuan adat menjalankan peran yang sangat sentral dalam menjaga keberlanjutan tradisi ini.
Seni tari tradisional sering kali merupakan bagian penting dari budaya komunitas adat. Perempuan adat sering kali adalah penari-penari utama dalam grup seni tari tradisional. Mereka mengajar dan melatih generasi muda untuk mewarisi gerakan-gerakan tari, kostum, dan lagu-lagu tradisional. Dengan demikian, mereka menjaga agar seni tari ini tetap hidup dan berkembang.
Perempuan adat juga sering menjadi penjaga koleksi pakaian adat dan perhiasan tradisional. Mereka merawat dan menjaga koleksi ini agar tetap dalam kondisi baik, yang sering kali menjadi bagian penting dari penampilan dalam upacara adat dan tarian tradisional.
Peran perempuan adat sebagai penjaga nilai-nilai budaya, tradisi, dan seni tari tradisional sangatlah penting. Mereka membantu menjaga identitas budaya komunitas mereka, memberikan koneksi antara masa lalu dan masa kini, serta merawat warisan budaya yang unik dan berharga. Dengan pengakuan dan penghargaan terhadap peran mereka, kita dapat memastikan bahwa budaya dan seni tradisional ini akan terus berkembang dan diwariskan kepada generasi mendatang.
Mak Okon dan Joget Lambak
Mak Okon (60 tahun) adalah salah satu perempuan adat yang berasal dari Kecamatan Tasik Putri Puyuh Kepulauan Meranti yang masih memegang dan melestarikan budaya masyarakat dari Suku Asli Akit melalui Joget Lambak. Joget lambak yang dibawakan oleh Mak Okon berjumlah 5 orang di mana terdiri dari 4 penari dan satu penyanyi. Mak Okon yang bertugas sebagai penyayi dalam Joget Lambak memiliki suara yang sangat merdu. Joget lambak biasanya ditampilkan dalam kegiatan acara khitanan, pernikahan, dan acara-acara besar yang dilaksanakan oleh masyarakat Suku Akit maupun acara besar yang dilaksanakan oleh pemerintah. Alat musik yang mengiringi tari joget ini berupa gendang, gong, dan piul (biola). Sebelum menampilkan Joget Lambak, ada ritual yang mesti dilakukan yaitu makan sirih pinang yang bertujuan untuk menjaga diri selama menampilkan tarian ini.
Mak Okon menjelaskan, Joget Lambak merupakan karya seni tari Suku Akit yang sudah lama sekali dan diwariskan secara turun temurun. Namun Joget Lambak ini sudah mulai dilupakan dan banyak masyarakat yang tidak lagi mengetahui tentang joget ini. Mak Okon khawatir tidak ada lagi penerus Joget Lambak di masa yang akan datang.
Mak Okon berharap ada bantuan dari pemerintah dalam memberikan dukungan atau sedikit fasilitas untuk melestarikan Joget Lambak ini, mulai dari fasilitas peralatan kesenian, kostum atau pakaian penari, dan juga promosi seni tari ini kepada masyarakat Suku Akit khususnya dan kepada masyarakat luar dari Kepulauan Meranti.
Diketahui juga bahwa pada malam Anugerah Budaya Riau tahun 2023 yang berlangsung di Hotel Aryaduta, Kota Pekanbaru, pada 11 September 2023 lalu, Mak Okon menerima penghargaan sebagai Pelestari Nyanyian Adat dan Joget Tanjung Padang dari Kabupaten Kepulauan Meranti. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas Kebudayaan, dihadiri oleh Gubernur Syamsuar dan menyerahkan secara langsung penghargaan kepada 15 tokoh budaya dan pelaku budaya Riau. [editor : BA/mom]
84